Sianida adalah senyawa racun yang dapat mematikan ternak dan manusia. Beberapa sumber sianida telah dilaporkan antara lain racun ikan (KCN dan NaCN/potas), pestisida (HCN, Ca(CN)2), pupuk dan tanaman yang mengandung glukosida sianogenik. Ubi kayu dan sorgum yang ditanam pada akhir musim kering terbukti mempunyai kandungan kadar sianida yang tinggi dengan kadar air yang rendah. Pupuk dengan tingkat nitrogen yang tinggi dapat meningkatkan kandungan sianida di dalam daun.
Senyawa sianida dapat masuk ke tubuh melalui tiga cara, yaitu lewat pernafasan, absorbsi kulit dan saluran pencernaan. Apabila sianida terabsorbsi ke dalam tubuh maka akan menghambat pengambilan oksigen sel dengan cara menghalangi enzim sitokrom oksidase, yaitu suatu enzim yang berfungsi untuk transportasi oksigen seluler atau jaringan. Akibat dari keadaan ini, akan menyebabkan pernafasan sel terganggu dan akhirnya terjadi kematian sel. Sianida di dalam tubuh dapat dimetabolisir oleh hati, ginjal dan jaringan tubuh lainnya menjadi senyawa tiosianat yang kurang toksik. Metabolisme sianida menjadi tiosianat ini karena adanya enzim sulfurtransferase (rodanase) pada organ-organ tersebut. Kadar tiosianat akan meningkat dalam waktu lebih dari 20 menit pasca pemberian sianida.
Umumnya kasus keracunan pada kambing terjadi di dalam rumen. Dalam waktu 15 menit, hampir semua sianida di dalam rumen telah diabsorbsi dan dengan cepat juga sebagian mengalami detoksikasi. Kematian terjadi karena ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen. Dosis yang dapat menyebabkan kematian pada kambing kira-kira 2,5 mg/kg bobot badan, tetapi dapat juga bervariasi tergantung pada keadaan dan umur ternak.
Gejala klinis keracunan sianida akan muncul dalam beberapa menit setelah ternak mengonsumsi pakan yang mengandung sianida berkadar tinggi. Frekuensi pernafasan menjadi lebih cepat dan dalam (dyspnoe), otot-otot menjadi gemetar dan terjadi kegagalan koordinasi otot (limbung/ataksia). Selanjutnya, ternak meronta-ronta, jatuh dengan nafas terengah-engah yang diikuti kekejangan. Pupil mata melebar (dilatasi) dan membran mukosa tampak merah terang oleh karena oksigen di dalam darah tidak dapat dilepaskan. Disamping itu, juga terjadi pengeluaran air liur (salivasi), mulut berbusa dan ternak mengeluarkan feses dan air kemih.
Diagnosis keracunan sianida secara pasti hanya dapat dilakukan dengan menganalisa kadar sianidanya dari dalam rumen, darah, hati, ginjal dan organ-organ lainnya, tetapi hal ini sangat sulit dilakukan karena sianida ini sangat tidak stabil. Sebaliknya, kadar tiosianat serum sebagai hasil metabolisme sianida di dalam tubuh cukup stabil. Kadar tiosianat pada kambing normal dilaporkan sekitar 0,9-10,2 μg/ml.
Penanganan yang cepat diperlukan pada kasus keracunan akut untuk mencegah kematian. Pengobatan yang umum dilakukan adalah gabungan antara sodium nitrat (Na2NO2) dengan thiosulfat (Na2S2O3). Dosis yang dianjurkan adalah 1 ml larutan 20% Na2NO2 dan 3 ml Na2S2O3 yang diberikan secara intravena dengan bobot badan 45 kg. Alternatif lainnya adalah memberikan 1 gram Na2NO2 dan 2,4 gram Na2S2O3 yang dilarutkan dalam 10 ml air suling dan disuntikan secara intravena. Pemberian hidroksokobalamin (vitamin B12a) dapat juga dilakukan tetapi zat ini mempunyai kelarutan yang rendah dan kurang efektif pada keracunan sianida yang hebat.
Langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah menjaga kambing agar tidak memakan daun yang mengandung sianida. Daun ubi kayu atau tanaman sejenis harus dicacah dan dikeringkan dibawah sinar matahari secara langsung untuk menghilangkan sebagian besar sianida yang ada sebelum diberikan ke ternak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar