Kumpulan para pemuda yang memiliki misi dan tujuan yang sama untuk kesejahteraan bersama. Kedepannya diharapkan menjadi sumber inspirasi dan wadah pembinaan bagi kelompok ternak lain.
Alamat Gg. Beringin 19b Desa/Kelurahan Bumirejo, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah Telp. : 0287- 385887 / 08886802827
Email kote_ka@yahoo.co.id

Myasis (Belatungan)

Myasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke dalam jaringan tubuh hewan hidup. Penyakit ini dapat menyerang semua hewan termasuk unggas dan manusia. Kasus myasis sering ditemukan pada bagian sekitar mata, mulut, vagina, tanduk yang dipotong, luka kastrasi dan pusar hewan yang baru lahir. Lalat Chrysomya bezziana adalah agen primer penyebab myasis dan bersifat parasit obligat. Lalat ini berwarna hijau kebiruan dan tersebar luas di Afrika, subkontinen India, Papua New Guinea, Asia Tenggara termasuk hampir di seluruh kepulauan Indonesia. Lalat C. bezziana dilaporkan melimpah pada musim kemarau, terbukti dengan adanya kasus myasis yang berhasil dijumpai.

Kejadian myasis selalu didahului oleh adanya luka-luka traumatik atau luka pasca melahirkan. Gigitan caplak juga dilaporkan sebagai factor predisposisi utama penyakit ini. Awal infestasi larva terjadi ketika lalat betina meletakkan telurnya pada daerah kulit yang terluka. Telur akan menetas menjadi larva, selanjutnya larva tersebut bergerak lebih dalam menuju ke jaringan otot sehingga menyebabkan peradangan dan daerah luka semakin lebar. Kondisi ini mengakibatkan tubuh ternak menjadi lemah, nafsu makan menurun, demam serta diikuti penurunan produksi susu dan bobot badan bahkan dapat terjadi anemia. Bau yang busuk dari luka tersebut mengundang lalat sekunder (C. rufifacies, C. megachepala, Sarcophaga sp) dan lalat tersier (Musca domestica, Fannia anstralis) ikut meletakkan telurnya diluka tersebut. Adanya infeksi sekunder dapat menyebabkan myasis semakin parah dan berakhir dengan kematian.

Pengobatan myasis dapat dilakukan dengan cara perendaman (dipping) rutin dua kali seminggu dengan mecampur 6 liter Ecoflee dengan 3 m3 air. Larutan ini dapat digunakan selama 1,5 tahun dan dilaporkan cukup efektif untuk pengendalian penyakit myiasis. Berbagai preparat telah dicoba untuk mengobati ternak yang menderita myasis yaitu asuntol, lezinon, rifcord 505 dan campuran kapur, bensin serta vaselin. Ramuan yang dilaporkan cukup efektif untuk pengobatan myiasis di Makasar, yaitu campuran dari 50 gr Iodium, 200 ml alkohol 75% dan 5 ml Ecoflee yang selanjutnya ditambah air hingga 1 liter. Ramuan ini langsung dioleskan pada luka yang mengandung larva sehingga larva keluar dan luka menjadi mengecil. Pengobatan ini dilakukan dua kali dalam seminggu dan digunakan hingga sekarang.

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah mengobati secara cepat luka baru dengan metilen biru atau yodium. Perangkap lem dengan umpan hati segar dapat dipasang untuk mengurangi populasi lalat ini. Perangkap dipasang di daerah semak-semak, padang penggembalaan, kebun pisang atau daerah yang banyak ditanami pepohonan karena lalat ini tidak dapat dijumpai di kandang. Teknologi pengendalian myasis telah dikembangkan di BALITVET dan telah dihasilkan pemikat yang efektif untuk menangkap lalat C. bezziana di lapang. Saat ini sedang berlangsung beberapa penelitian untuk mencari obat-obat alternatif myasis yang berbasis pada insektisida botanis (Mindi, Mimba dan Srikaya) dan kontrol biologis (Bacillus thuringiensis).


Tidak ada komentar:

Pojokan Kandang

Pojokan Kandang
Masih dalam pengembangan, harap MAKLUM !!!